1.
Abad XVIII dan sebelumnya
Tokoh Martin Lurter (1483-1546) menyarankan agar anak laki-laki diberi
pendidikan formal. Hal ini didasarkan atas kenyataan bahwa anak laki-laki saat
itu merupakan tulang punggung keluarga yang harus mampu menghidupi keluarga,
mendidik, membimbing, dan mengarahkan anaknya. Untuk itu anak laki-laki harus
bisa membaca, menulis, dan berhitung. John Comenius (1592-1670), ia ingin agar
semua anak mendapatkan kesempatan belajar di sekolah. Idenya yang cemerlang dan
masih dipakai sampai sekarang adalah kurikulum yang terintegrasi (integrated
curiculum) dan kurikulum yang memberi kesempatan pada anak untuk belajar
melalui pengalaman langsung (hands on curiculum). Kurikulum yang
terintegrasi tidak memisahkan bidang studi seperti sains, ilmu sosial, seni,
dan bahasa. Pada setiap kegiatan pembelajaran, materi bidang studi disebutkan,
dikembangkan, dan diajarkan pada anak secara terpadu. Kegiatan pembelajaran
pada anak dimulai dari aktivitas fisik, seperti mengamati, merangkai, dan
memanipulasi objek secara langsung. Ide untuk kegiatan pembelajaran terpadu dan
memulai pengalaman langsung sampai sekarang terus diapakai di PAUD.
Charles Darwin (1959) menulis bukunya The Origin of Species, yang berisi
bahwa setiap individu memiliki kemampuan adaptasi yang berbeda. Dimana para
pendidik harus menyadari adanya perbedaan antar individu yang berdampak pada
perbedaan cara belajarnya pula.
Jean Jacques Rousseau (1712-1778), dalam novelnya Emile, ia menentang
pendapat bahwa anak adalah miniatur orang dewasa dan menyarankan agar anak
dididik sebagaimana kodratnya. Johann heinrick Pestalozzi (1747-1827), ia
menyarankan anak-anak belajaar dari benda-benda riil dan rekreasi serta bermain
dimasukkan sebagian dari pendidikan anak-anak.
Pendidikan anak-anak saat itu lebih bersifat keagamaan. Beberapa TK yang
tercatat di Amerika dan di Prancis masih menekankan pada pelajaran membaca,
terutama membaca kitab suci injil.
2.
Abad XIX
Friedrich Wilhelm Froebel (1782-1852), ia mendirikan kindergarten (kinder
=anak dan garten=taman) di Jerman pada tahun 1837. Yang menarik dari
sekolah Froebel ini adalah adanya gift dan occupation. Gift
adalah adanya benda-benda riil untuk sarananelajar anak. Benda-benda tersebut
memiliki bangun geometris yang beragam, seperti kubus, prisma, bola, dan
kerucut. Sementara occupation ialah serentetan aktivitas yang urut.
Tujuan pendidikan menurutnya ialah agar anak dapat memahami kesatuan antara
dirinya dan orang lain, dan alam semesta, dan Tuhannya. Kelak sekolah TK model
Froebel ini terus berpengaruh besar dan berkembang sampai awal tahun 1990-an.
Oleh karena itu, Froebel sering disebut sebagai Bapak Taman Kanak-Kanak.
Robert Owen (1771-1850) merupakan salah satu tokoh PAUD di Amerika Serikat.
Tahun 1816 ia mendirikan sekolah The Institution for The formation of
Caracter di New Lannark, Skotlandia. Ia pindah ke Amerika Serikat pada
tahun 1824 mendirikan sekolah anak (infant school) yang kemudian menjadi
ternama. Sekolah itu terletak di New Harmony, Indiana.
Sekolah Owen ini dalam beberapa segi memiliki kesamaan dengan sekolah Froebel
dan pemikiran Pestalozzi, yaitu menekankan anak agara belajar dari benda-benda
konkret. Akan tetapi Owen lebih pada benda empiris. Menurutnya, ilmu
pengetahuan diperoleh dari hasil interaksi anak dengan objek.
Pada umunya TK pada abad ini masih sangat terstruktur dengan peran guru yang
sangat dominan. Meskipun begitu, pemberian pengalaman langsung dan bermain
telah dimulai. Perhatian terhadap pentingnya bermain bagi anak telah dimulai
tumbuh.
3.
Abad XX
Revolusi industri pada pertengahan abad XVIII memiliki dampak yang besar
terhadap TK, baik di Eropa maupun di Amerika. Salah satu tokoh TK yang terkenal
Maria Montessori, ia pergi ke Roma untuk memperoleh pendidikan menjadi seorang
guru. Akan tetapi Maria lebih tertarik belajar mesin daripada guru. Ternyata ia
tidak berbakat dalam hal mesin, dan memutuskan untuk mempelajari bidang
kedokteran. Tahun 1896 ia menjadi seorang dokter. Kemudian ia bekerja di klinik
psikiater Universitas Roma, bekerja untuk anak-anak yang cacat mental. Ia
menyadari persoalan mental lebih pada persoalan pendidikan, hatinya terketuk
dan mengabdikan dirinya di bidang pendidikan, khususnya yang berkebutuhan
khusus.
Ia pun membuka sekolah di Roma, Italia tahun 1907 yang diberi nama Casa Dei
Bambidi (rumah anak). Yang kemudian dikenal dengan nama Montessori school
(Brewer, 1995). Pengalamnnya mendidik anak ditulis damal sebuah buku berjudul Scientific
Paedagogy As Applied To Child Education In The Children’s House. Montessori
menggambarkan kodrat anak sebagai makhluk yang mem,iliki daya serap yang tinggi
yang dikenal dengan nama teori The Absorbent Of Mind (Montessori, 1984).
Menurut teori ini, anak memiliki daya serap yang tinggi terhadap informasi dari
lingkungan sekitarnya. Hal tersebut dianalogikan sebagai daya serap kertas
tissue terhadap air.
Di sekolah Montessori, anak-anak dilatih untuk menguasai keterampilan yang akan
dipakai seumur hidup (long life skill). Keterampilan tersebut antara
lain ; mengancing baju, mengikat tali sepatu, memakai kaos kaki, menuang beras,
dll. Selain itu anak-anak diajari menulis, membaca, dan aritmetika. Semua itu
dilakukan dengan benda-benda konkret. Benda-benda yang akan digunakan untuk
belajar akan diseleksi terlebih dulu dengan sebaik-baiknya. Salah satu kunci
keberhasilan sekolah montessoriialah anak-anak dilatih disiplin untuk memilih, menggunakan
dan menata kembali benda-benda yang telah digunakan secara mandiri.
Di sekolah Montessori, anak lebih banyak belajar secara individual atau
kelompok kecil dibanding belajar secara klasik (Chattin, 1992). Kelompok ini
biasanya terdiri anak-anak berbagai usia (multiages group). Kurikulum
didasarkan pada kemampuan anak untuk memberi pengalaman belajar yang sesuai
dengan kebutuhan anak. Di dalam kegiatan belajar, anak dilatih untuk
berpikir secara rasional atas hasil observasi.
Pada akhir abad ini, di Amerika, John Dewey (1859-1952) memandang bahwa
pendidikan merupakan proses kehidupan itu sendiri, da bukan smeata-mata
mempersiapkan anak untuk hidup di masa akan datang. Pendidikan merupaka proses
rekonstruksi pengalaman yang tak pernah berakhir. Oleh karena itu sekolah
sebaiknya memanifestasikan kehidupan itu sendiri, sebagaimana kehidupan yang
dialami anak di dalam keluarga dan masyarakat. Inti pelajaran di sekolah
bukanlah sains, sastra, sejarah, atau geografi tetapi aktifitas sosial anak.
Pada abad ini muncul juga tokoh pendidikan yang berpengaruyh terhadap
perkembangan anak TK. Tokoh tersebut antara lain Benjamin Bloom, Erik Erikson,
B.F. Skinner, dan Piaget. Bloom mengembangkan tujuan pembelajaran meliputi
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bertahap. Skinner, seorang behaviorist
yang kemudian menelurkan behavioral objektive atau perilaku yang dapat
diamati untuk memperoleh hasil nelajar. Piaget mengembangkan teori terhadap
perkembangan anak dilihat dari berbagai aspek intelektual maupun aspek moral.
Pemikiran tokoh tersebut akan dibahas lebih lanjut dalam bab lain teori belajar
anak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar