Sabtu, 25 Juni 2016

Beberapa Pokok Pikiran Tentang Belajar Dan Pembelajaran



Berbagai teori tentang belajar terkait dengan penekanan terhadap pengaruh lingkungan dan pengaruh potensi yang dibawa sejak lahir. Potensi itu biasanya merupakan kemungkinan kemampuan umum. Seseorang secara genetis telah lahir dengan suatu organ yang disebut kemampuan umum (intelegensi) yang bersumber dari otaknya. Dan Otak yang dibawa sejak lahir tersebut terdiri dari dua belahan otak kiri dan kanan yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpus callosum. Kedua belahan otak tersebut mempunyai fungsi, tugas dan respon yang berbeda dan seharusnya tumbuh dalam keseimbangan (semiawan, C., 1997). Kedua belahan otak itu dalam pembelajaran sebaiknya berfungsi dalam keseimbangan, jadi konsep mengandung implikasi memberfungsi aspek nalar, logis maupun kreatif.
1.1  Belajar Menurut Visi Behaviorisme
                Behaviorisme adalah aliran psikologi yang percaya bahwa manusia terutama belajar karena pengaruh lingkungan. Belajar menurut teori behaviorisme yang agak radikal adalah perubahan perilaku yang terjadi melalui proses stimulus dan respon yang bersifat mekanis. Dua tokoh terkenal dalam behaviorisme yang mempelopori teori ini dan mempunyai perbedaan dalam menjelaskan proses terjadinya belajar.
a.       Adalah  pavlov yang berbicara tentang stimulus yang dipersyaratkan untuk memberikan respons yang diharapkan oleh lingkungan sesuai dengan tuntutan lingkungan selanjutkan disebut classical conditioning.
b.      Adalah skinner yang agak berbeda pendiriannya dengan pavlov. Skinner beranggapan bahwa perilaku menusia yang dapat diamati secara langsung, adalah akibat konsekuensi dari perbuatan sebelumnya. Konsekuensi-konsekuensinya adalah kekuatan pengulang (reinforcement) untuk berbuat sekali lagi.
1.2  Sekelumit Tentang Belajar Menurut Konstruktivisme
Berbeda dari pendapat behaviorisme adalah konstruktivisme yang merupakan salah satu pandangan psikologi kognitif. Konstruktivisme bertolak dari pendapat bahwa belajar adalah membangun (to construct) pengetahuan itu sendiri (Bootzin, 1996), setelah dipahami, dicernakan dan merupakan perbuatan dari dalam diri seseorang  (from within).

F.     Konsep Belajar Sepanjang Hayat
                Artinya memang belajar tidak terjadi hanya karena proses kematangan dari dalam saja (innate tendencies, yang merupakan faktor genetis), melainkan juga karena pengalaman yang perolehannya bersifat eksistensial. Psikologi tersebut ditinjau dari perspektif humanistik eksistensial dilandasi oleh asumsi yang bersumber dari pendekatan fenemenologis, yaitu suatu pendekatan yang menekan persepsi individualnya sendiri.
                Aktualisasi diri yang berawal dari tergeraknya potensi dari dalam (from within), adalah permulaan manusia belajar mencapai realisasi diri secara optimal. Untuk itu, ia belajar bagaimana ia harus belajar sepanjang hayat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar