A. Pengertian PAUD
Pendidikan anak usia dini adalah
merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian stimulus pendidikan agar
membantu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak
memiliki kesiapan memasuki penddikan yang lebih lanjut.
Pendidikan anak usia dini merupakan
pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age
dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manausia (Direktorat PAUD,
2005). Rentang anak usia dini dari lahir sampai usia enam tahun adalah usia
kritis sekaligus strategis dalam proses pendidikan dan dapat mempengaruhi
proses serta hasil pendidikan seseorang selanjutnya artinya pada periode ini
merupakan periode kondusif untuk menumbuh kembangakan berbagai kemampuan,
kecerdasan, bakat, kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosio-emosional
dan spiritual.
Sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak
mulia adalah sebait ungkapan yang sarat makna dan merupakan semboyan dalam
pengasuhan, pendidikan dan pengembangan anak usia dini di Indonesia (Jalal,
2005).
Pendidikan anak usia dini dianggap
sebagai cermin dari suatu tatanan masyarakat, tetapi juga ada pandangan yang
mengemukakan bahwa sikap dan perilaku suatu masyarakat dipandang sebagai suatu
keberhasilan ataupun sebagai suatu kegagalan dalam pendidikan dan keberhasilan
pendidikan tergantung kepada pendididkan anak usia dini karena jika pelaksanaan
pendidikan pada usia dini baik, maka proses pendidikan pada usia remaja, usia
dewasa akan naik pula.
B. Hakekat PAUD
Secara alamiah, perkembangan anak
berbeda-beda, baik intelegensi, bakat, minat, kreativitas, kematangan emosi,
kepribadian, kemandirian, jasmani dan sosialnya. Namun penelitian tentang otak menunjukkan bahwa jika anak
dirangsang sejak dini, akan ditemukan potensi-potensi yang unggul dalam
dirinya. Setiap anak unik, berbeda dan memiliki kemampuan tak terbatas dalam
belajar (limitless capacity to learn)
yang telah ada dalam dirinya untuk dapat berpikir kreatif dan
produktif, mandiri . Oleh karena itu, anak memerlukan program pendidikan yang
mampu membuka kapasitas tersembunyi tersebut melalui pembelajaran yang
bermakna sedini mungkin. Jika potensi pada diri anak tidak pernah
direalisasikan, berarti anak telah kehilangan kesempatan dan momentum penting
dalam hidupnya.
Abraham Maslow telah menjelaskan
tentang hirarki dari kebutuhan dasar manusia karna setiap individu itu berbeda,
baik dilihat dari jenis kelamin, temperamen, ketertarikan, gaya belajar,
pengalaman hidup, budaya, kebutuhannya (Diane Trister Dodge, Laura J. Colker,
Cate, 2008). Maka setiap individu juga berbeda dalam hal kemandirian, konsep
diri, dan tingkat kemampuannya.
Usia 4-6 tahun (TK) merupakan masa peka
bagi anak, di mana anak mulai sensitif untuk menerima barbagai upaya
perkembangan seluruh potensi anak. Masa peka adalah masa terjadinya pematangan
fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh
lingkungan. Di mana pada masa ini merupakan masa untuk meletakkan dasar
pertama dalam mengembangkan kemampuan fisik, kognitif, bahasa sosial emosional,
konsep diri, disiplin, kemandirian, seni, moral, dan nilai-nilai agama
(Depdikna ,2004). Oleh sebab itu dibutuhkan suasana belajar, strategi dan
stimulus yang sesuai dengan kebutuhan anak agar pertumbuhan dan perkembangan
anak tercapai secara optimal.
Hahekat pendidikan anak usia dini
adalah periode pendidikan yang sangat menentukan perkembangan dan arah masa
depan seorang anak sebab pendidikan yang dimulai dari usia dini akan membekas
dengan baik jika pada masa perkembangannya dilalui dengan suasana yang baik,
harmonis, serasi, dan menyenangkan.
Pendidikan anak usia dini merupakan
dasar dari pendidikan anak selanjutnya yang penuh dengan tantangan dan berbagai
permasalahan yang dihadapi anak. Sengan demikian maka pandidikan usia dini
adalah jendela pembuka dunia (window of opportunity) bagi anak
Secara singkat Bredekamp dan Regrant
menyimpulkan bahwa anak akan belajar dengan baik dan bermakna bila anak merasa
nyaman secara psikologis serta kebutuhannya fisiknya terpenuhi, anak
mengkonstruksi pengetahuannya, anak belajar melalui interaksi sosial dengan
orang dewasa dan anak lainnya, eksplorasi, pencarian, penggunaaan, belajar melalui
bermain, unsur perbedaan anak diperhatikan(Bredekamp,1997).
Developmentally Appropriate Practice
includes activities that are based on childrens interests, their cognitive
lavel of functioning, and their social and emotional maturity. Such activities
appeal to young childrens natural curiosity, enjoyment of sensory experiences,
and desire to explore their own ideas (Eleanor stokes Szanton,2008)
Komitmen Jomtien Thailand tentang
Pendidikan Untuk Semua (Education For All) menyatakan bahwa semua orang
mempunyai hak mendapatkan pendidikan dasar untuk mengem-bangkan bakat,
meningkatkan kehidupannya, dan mentransfor-masikan masyarakatnya (Unesco,2001)
.
Komitmen memberikan kesempatan
pendidikan yang lebih luas kepada setiap orang mulai dari usia dini sampai
dewasa ditegaskan kembali dalam tujuan-tujuan Pendidikan Untuk Semua dengan
Deklarasi Dakar yaitu: (i) memperluas & memperbaiki keseluruhan perawatan
& pendidikan anak usia dini secara komprehensif terutama yang sangat rawan
& terlantar; (ii) kesetaraan jender di bidang pendidikan; (iii) program life
skill bagi pemuda & orang dewasa; (iv) pemberantasan buta aksara;(v)
wajib belajar pendidikan dasar; dan (vi) peningkatan mutu pendidikan
(Unesco,2001). Hak-hak mendapatkan pendidikan bagi setiap warga negara telah
diakui di Indonesia sejak awal kemerdekaan. Kesamaan hak mendapatkan pendidikan
tersebut diamanatkan dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa salah satu dari tujuan kemerdekaan Indonesia adalah untuk mencerdaskan
bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar